Senin, 22 Maret 2021

Sejuta Bibit Bambu: Souvenir dari Jakarta

Bambu adalah tumbuhan yang lazimnya berukuran besar dan tinggi. Membutuhkan ruang yang luas untuk tumbuh secara wajar. Biasanya tumbuh dengan sendirinya atau ditanam di pinggir pekarangan, kebun atau pinggir sungai.

Sehingga bambu biasanya ditanam di pedesaan atau wilayah di luar perkotaan. Asumsinya wilayah urban yang seringkali padat penduduk dan berdesak-desakan tidak mungkin ditanami bambu. Sehingga ketika muncul ide Jakarta akan memasok bibit bambu ke daerah lain barangkali sangat aneh. Tidak main-main, 1 juta pula.

Ide itu muncul dari Chaerudin alias Bang Idin perintis penghijauan bantaran Sungai Pesanggrahan di kawasan Karang Tengah, Jakarta Selatan, yang sebelumnya tercemar akibat sampah.

Berjarak sekitar empat kilometer dari hiruk-pikuk Terminal Lebak Bulus, di pinggiran selatan Jakarta, kediaman Bang Idin, kelahiran 13 April 1956, mirip "dunia lain". Karena meski masih masuk wilayah Jakarta, namun suasananya sudah asri seperti bukan di Jakarta.


Bang Idin pernah sangat kesal, sungai yang merupakan tempat bermainnya di masa kecil itu rusak parah di tahun 1980-an. Sampah bertebaran di sepanjang bantaran atau di aliran sungai yang warnanya kehitaman, seiring pembangunan perumahan mewah tidak jauh dari aliran sungai tersebut.

Rasa kesal tersebut membangkitkannya untuk melakukan sesuatu. Ia jalan kaki dan naik rakit seorang diri menyusuri Sungai Pesanggrahan dari hulunya, yaitu di Gunung Pangrango, hingga ke muaranya di kawasan utara Jakarta – sejauh kira-kira 136 kilometer.

Dia menemui kenyataan, banyak orang membangun rumah membelakangi sungai dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga.

Kemudian ia melakukan hal yang paling sederhana, yaitu mengangkut sampah dari aliran sungai dan bantarannya ke tempat pembuangan sampah.

Bersamaan dengan itu Bang Idin dan kawan-kawannya mulai mengusahakan bibit (yang didapat dari berbagai pihak) pohon-pohon yang cocok ditanam di pinggiran sungai, dan kemudian menanamnya secara berkelanjutan – hingga sekarang.

Dia juga berhasil meyakinkan warga setempat untuk membawa bibit pohon dan menanamnya secara bersama-sama.

Ia mempersilahkan warga kampung memanfaatkan hutan kota yang menyimpan sekitar 60 ribu jenis pohon, untuk memetik buah nangka atau memancing ikan secara gratis.

Dalam perjalanan memulihkan ekosistem bantaran Sungai Peaanggrahan itu Bang Idin juga melakukan pemuliaan tanaman bambu. Ia berhasil belajar dan mempeljari pemanfaatan bambu untuk konservasi sungai. 

Menurutnya berdasarkan pengalamannya bambu itu lebih baik untuk memperbaiki dinding sungai yang longsor atau tergerus aliran sungai dibanding beton. Karena bambu itu tanaman yang hidup dan beregenerasi ia akan bisa selalu menjaga tebing sungai lebih lama dari pada  usia beton.

Berdasarkan kenyataan ini maka ia menginisiasi pemuliaan tanaman bambu. Ia mengidentifikasi jenis-jenis bambu yang cocok dan tepat untuk ditanam di bantaran sungai.

Bang Idin punya keyakinan bahwa bambu merupakan tanaman yang paling cocok untuk melestarikan sungai, terutama sungai-sungai di wilayah tropis. Ia lantas menganjurkan agar otoritas yang berwenang mengelola sungai untuk mempergunakan bambu dalam mengkonservasi sungai.

Selain pemerintah daerah ia juga mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan bambu dalam mengelola sungai.

Kini setelah idenya mulai ada yang menerimanya, ia mulai berfikir untuk berkontribusi dalam penyediaan bibit bambu. Ia meluncurkan ide yang agak gila. Memasok satu juta bibit bambu ke luar Jakarta. 

Ini ide agak gila, Jakarta yang notabene wilayah urban justru akan dijadikan tempat produksi bibit bambu yang jumlahnya tak tanggung-tanggung, 1 juta bibit. Bukannnya Jakarta yang dipasok dari wilayah penyangga iibukota, tetapi justru ibukota negara yang akan memasok.bibit bambu ke daerah lain.

Untuk mewujudkan ide ini ia berencana membangun labiratorium terapan untuk produks bibiti dan perbanyakan tanaman bambu. Laboratorium ini bukan untuk riset dasar, tetapi lebih ke tempat produksi benih atau bibit bambu.

Ia juga sudah menggandeng berbagai pihak. Salah satunya adalah unit pelaksana teknis Pusat Pengembangan Benih dan Proteksi Tanaman (PPBP) Propinsi DKI Jakarta. Ia berharap bisa segera memproduksi bibit tanaman bambu dalam jumlah besar. Bang Idin berencana melakukan perbanyakan tanaman bambu dengan metode kultur jaringan tumbuhan. 

Metode ini dipilih karena bisa diproduksi bibit yang tak terlalu beda dengan induknya dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Meski ia juga tetap akan memproduksi bibit bambu secara konvensional.

Kalau rencana ini segera terwujud maka ia akan segera mengirimkan ke berbagai daerah di luar Jakarta. Daerah-daerah tersebut telah siap menerima dan akan menanamnya. Ini akan jadi gerakan nasional penanaman bambu untuk konservasi sungai.

Ini akan menjadi souvenir dari Jakarta!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar