Selasa, 22 Juni 2021

Menanam 494 Bambu Apus di Ulang Tahun Jakarta ke-494


Tahun ini Jakarta berulangtahun ke-494. Hampir setengah abad. Hari jadi bisa dirayakan dengan tiup lilin dan makan-makan. Boleh juga dengan memperkuat komitmen kita kepada kelestarian lingkungan hidup. Agar kita bisa mewariskan bumi yang lestari dan sehat kepada anak cucu.

Di hari jadi ke-494 Jakarta, ada inisiatif itu. Gerakan menanam bambu apus sebanyak 494 pohon di Keluarahan Bambu apus Jakarta Timur. Kali ini Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur sebagai tuan rumah sekaligus pusat gerakan menanam bambu ini mendapatkan bantuan 494 pohon bambu apus kuning dari Kerukunan Tani Perkotaan Jakarta (KTPJ). Bantuan diterima langsung oleh Wali Kota Administrasi Jakarta Timur, M. Anwar, dari Ketua KTPJ Wildan S. Niam, di lobi Ruang Serbaguna Blok A, Kantor Wali Kota Jakarta Timur, Selasa (22/6/2021).

Minggu, 06 Juni 2021

Mengukuhkan Kolaborasi dengan Berbagai Elemen dalam Pelestarian Bambu

Berbagai misi dari Prakarsa Sanggabuana merupakan penerjemahan konsepsi Bang idin atau H. Choiruddin dalam upaya melestarikan lingkungan dengan menanam tanaman bambu. 

Berbagai konsep itu telah banyak disampaikan dalam berbagai kesempatan dan kemudian juga telah banyak dipublikasikan dalam berbagai media. Seperti media konvensional koran, majalah atau media online. Juga ada di dalam berbagai kanal youtube.

Bertahun-tahun menawarkan konsep pelestarian lingkungan dengan menanam bambu serta mengajak berbagai kalangan untuk memahami serta menerapkan konsepnya pada akhirnya juga berhasil menciptakan banyak komunitas pelestari bambu.

Sabtu, 01 Mei 2021

Arang Bambu dari Sanggabuana

Secara kasat mata kadang benefit ekonomi dari menanam bambu tidaklah nyata. Paling banter ya batang-batang bambu yang bisa dijual dengan harga 20.000 hingga 50.000-an rupiah per batang.

Namun apa yang dipikirkan Bang Iding ternyata cukup nyata. "Anak-anak muda jangan sampai miskin karena menanam bambu," begitu selorohnya saat ditemui di kawasan hutan kota Sanggabuana Karang Tengah Jakarta Selatan, Sabtu 1 Mei 2021.

Kemudian Bang Iding masuk ke rumah berdinding bambu itu dan keluar lagi dengan membawa beberapa potong arang bambu, briket arang berbahan dasar bambu, biji kopi segar dan satu kantong plastik biji kopi kering yang ditaruh di atas meja marmer yang ada diteras rumah itu.

Kamis, 25 Maret 2021

Bambu Peradaban Sungai, Sungai Peradaban Kehidupan

Apa yang menginspirasi H Choiruddin atau Bang Idin pada akhirnya menjadi jawara pejuang konservasi sungai?

Terlahir dari keluarga pejuang. Kakeknya adalah Haji Naiming adalah panglima laskar Hizbullah wilayah Kulon. Lantas ayahnya juga ikut berjuang melawan penjajah pada masa sekitar kemerdekaan Indonesia. “Jadi saya ini turunan pejuang. Kakek saya memiliki kontribusi pada pendirian negara-bangsa ini,” ujarnya ketika ditemui di teras rumah kediamannya. 

Leluhurnya adalah pejuang Jayakarta. Namun masih berhubungan dengan Sunda. Makanya ketika ia memilih jalur konservasi sungai karena ia percaya bahwa sungai adalah jalur rempah di tatar Sunda.  Ada 13 sungai yang dibuat di wilayah Sunda (Jawa Barat, Banten dan sebagian Sumatera bagian selatan) yang dibuat Kerajaan  Pajajaran di masa lalu. 

Senin, 22 Maret 2021

Sejuta Bibit Bambu: Souvenir dari Jakarta

Bambu adalah tumbuhan yang lazimnya berukuran besar dan tinggi. Membutuhkan ruang yang luas untuk tumbuh secara wajar. Biasanya tumbuh dengan sendirinya atau ditanam di pinggir pekarangan, kebun atau pinggir sungai.

Sehingga bambu biasanya ditanam di pedesaan atau wilayah di luar perkotaan. Asumsinya wilayah urban yang seringkali padat penduduk dan berdesak-desakan tidak mungkin ditanami bambu. Sehingga ketika muncul ide Jakarta akan memasok bibit bambu ke daerah lain barangkali sangat aneh. Tidak main-main, 1 juta pula.

Ide itu muncul dari Chaerudin alias Bang Idin perintis penghijauan bantaran Sungai Pesanggrahan di kawasan Karang Tengah, Jakarta Selatan, yang sebelumnya tercemar akibat sampah.

Berjarak sekitar empat kilometer dari hiruk-pikuk Terminal Lebak Bulus, di pinggiran selatan Jakarta, kediaman Bang Idin, kelahiran 13 April 1956, mirip "dunia lain". Karena meski masih masuk wilayah Jakarta, namun suasananya sudah asri seperti bukan di Jakarta.

Prof Elizabeth Anita Widjaja, Satu-satunya Ahli Taksonomi Bambu di Indonesia

Prof Elizabeth Anita Widjaja menunjukkan salah satu spesimen bambu yang tengah diteliti di ruang kerjanya, di Cibinong Science Center, Kamis (21/6). --Foto : Sekaring Ratri A/Jawa Pos 

Jenis tanaman bambu ternyata banyak. Setidaknya ada 80 jenis seperti hasil penelitian "doktor bambu" Prof  Elizabeth Anita Widjaja. Dia termasuk peneliti langka di Indonesia.

UNTUK ukuran seorang profesor, ruang kerja Elizabeth Anita Widjaja bisa dibilang cukup kecil dan minimalis. Dia menyebutnya ruang kerja ala Jepang. Ukurannya tidak lebih dari  3 x 4 meter. Di dalamnya hanya ada sebuah lemari, beberapa filing cabinet, dan sebuah meja komputer beserta printernya. Selebihnya dipenuhi tumpukan-tumpukan koran yang terlipat dalam ukuran besar. Tumpukan koran tersebut bukan kliping atau arsip. 

Bambu, Benteng Alami Banjir Bandang

Jumlah bencana pada 2016 adalah yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Dari jumlah itu, banjir termasuk jenis bencana yang terbanyak melanda. Namun, upaya melelahkan guna menurunkan risiko banjir tidak kunjung melirik solusi dari alam: bambu.

Bambu ampel ( Bambusa vulgaris) ring kuning, urip iku eling. Wajib padha eling, eling marang Sing Peparing (Bambu kuning, hidup itu harus ingat. Semua wajib ingat, ingat Yang Maha Memberi) Penggalan lirik lagu genre hiphop berjudul ”Ngelmu Pring” (Berilmu pada Bambu) itu dipopulerkan grup rap Rotra, dengan syair gubahan Romo Sindhunata, SJ. Nilai falsafah ”dititipkan” pada lagu, bahwa hidup harus ingat pada Tuhan Yang Maha Memberi. Tak sekadar dipas-paskan, tetapi bambu pada hidup sehari-hari menunjukkan Tuhan sudah menyediakan solusi bagi kehidupan jika manusia ”mendengar” alam. Salah satunya, fungsi bambu sebagai benteng dari bencana hidrometeorologis.